hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Selasa, 07 Februari 2012

Banyak Keluhan di Refleksi 67 tahun HMI

Hari ini 14 Rabiul Awal 1433 H bertepatan 7 Februari 2011 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas Cabang Makassar Timur mengadakan Refleksi 67 Tahun Himpunan Mahasiswa Islam (14 Rabiul Awal 1366 H - 14 Rabiul Awal 1433 H) dengan tema "Mau Dibawa Kemana HMI?"



Kegiatan ini dilaksanakan di ruang sidang Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin dengan menghadirkan pembicara 4 orang yakni A Nur Were Rio (STIMIK Dipanegara), Andi Mukramin Yusuf (FKM Unhas), Adyatma Arifin (Ekonomi Unhas) dan Abdul Rauf (Peternakan Unhas) dengan dimoderatori oleh saudara Risalah Sikar.

Kegiatan ini dihadiri kader-kader HMI sejajaran Makassar Timur yang terdiri dari Komisariat Ilmu dan Teknologi Kelautan UH, Peternakan UH, STIMIK Dipanegara, Sospol, FKM UH, Stikes Nani, Poltek, Perikanan UH, Pertanian UH, Kehutanan UH dan Ekonomi UH.

Pada refleksi kali ini para pembicara mencoba mengeluarkan masalah-masalah dan kemunduran HMI pada masa sekarang. Kader-kader HMI sekarang sudah condong mengurus masalah politik dari pada untuk kemajuan HMI. Adanya gerbong-gerbong dalam kubu HMI. HMI kurang diminati lagi oleh kalangan mahasiswa, imej HMI di masyarakat dan mahasiswa sudah buruk, dan masih banyak lagi masalah HMI yang dikeluarkan.

Setelah pembicara mengeluarkan masalah yang dihadapi oleh HMI para pembicara mencoba mengeluarkan solusi untuk kemajuan HMI yang intinya kita harus kembali ke tujuan HMI yakni Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Kembali lagi pada hakikat awal dibentuknya HMI, harus mengaju pada konstitusi, serta nilai dasar perjuangan.

Selama ini bukanlah HMI yang mengalami kemunduran tapi orang-orang yang ada di dalam yang mengalami kemunduran. Jadi HMI tidak mau dibawa kemana-mana tapi, harus kembali lagi pada hakikatnya.

Pada sesi tanya jawab para peserta sangat antusias untuk mengeluarkan segala pernyataan dan pertanyaan kepada para pembicara.

Pada refleksi kali ini menghasilkan rekomendasi untuk ditindaklanjuti demi kemajuan HMI ke depan

Refleksi 67 tahun HmI


Hari ini 14 Rabiul Awal 1433 H bertepatan dengan selasa 7 Februari 2012 Himpuanan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas Cabang makassar Timur akan mengadakan kegiatan Refleksi 67 Tahun  HmI ( 14 Rabiul Awal 1366 H-14 Rabiul Awal 1433 H) dengan tema “Mau Dibawa Kemana HmI”. Kegiatan ini akan dilaksanakan di ruang sidang Fakultas Ilmu Kelautan Unhas pada jam 14.00. pada refleksi ini akan menghadirkan empat pembicara yakni A. Nur Were Rio (Stimik Dipanegara), Andi Mukramin Yusuf (FKM Unhas), Adyatma Arifin (Ekonomi Unhas), Abdul Rauf (Peternakan Unhas).

Pada kegiatan ini akan membahas masalah yang dilingkup cabang makassar timur pada khususnya dan HmI se Indonesia pada Umumnya. Melihat HmI sekarang yang mengalami kemunduran panitia mengharapkan pada refleksi ini bisa diduskusikan mengenai masalah-masalah yang terjadi di HmI dan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Tema yang dikeluarkan yakni “Mau dibawa kemana Hmi..?” ini berarti HmI sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan HmI yakni “TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Seharusnya HmI Harus melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan di atas tapi kenyataannya sekarang para kader-kader HmI lebih condong untuk memikirkan politik dan bahkan terlibat di dalamnya.

Nama kegiatan ini mungkin banyak yang berpikir kenapa refleksi 67 tahun, karena 2 hari yang terakhir ramai diberitakan bahwa tahun ini milad HmI yang ke 65, tapi kami dari panitia berlandaskan dengan kalender islam atau penggalan Hijria dimana Hmi lahir pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, hari ini adalah milad Hmi dimana hari ini tanggal 14 Rabiul Awal 1433 H.

Senin, 26 Desember 2011

Akbar Tanjung dan Fadli Zon Membawa Materi Pada Intermediate Training HmI Cabang Makassar Timur 2011

Senin 26 Desember 2011 bertempat di Balai Diklat Provinsi Sulawesi Selatan, Akbar Tanjung dan Fadli Zon hadir sebagai pemateri dalam Intermediate Training Himpunan Mahasiswa Islam Cabang makassar timur.
 
Akbar tanjung hadir pada pukul 14.30 di balai diklat Provinsi Sulawesi Selatan. Akbar tanjung selaku mantang ketua Pengurus Besar Himpunan mahasiswa Islam sekaligus politisi membawakan materi Dekadensi Budaya HmI dalam konteks kekinian. Isi materi yang disampaikan adalah sejarah HmI pada masa orde lama dimana HmI saat itu ingin dibubarkan oleh partai komunis Indonesia karena sudah di anggap telah mengganggu kerja pertai komunis, tapi HmI mampu keluar dari tekanan tersebut. Akbar tanjung juga menjelaskan akan kejayaan HmI pada masa orde lama dan salah satu penggagas reformasi pada tahun 1998. Melihat HmI sekarang sudah mengalami kemunduran yakni tidak mampu lagi menjadi sebagai organisasi terdepan dalam gerakan “tutur Akbar”. HmI sekarang hanya kaya akan wacana tapi sangat kurang dalam aksi.
 
Setelah Akbar Tanjung membawakan materi hadir pula Fadli zon tokoh nasional dan sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesi membawakan materi Skenario Plan. Dalam materinya Fadli zon menjelaskan dalam mencapai tujuan seseorang harus menyusun skenario plan atau rencana yang terstruktur karena tanpa skenario plan kita akan kesulitan untuk mencapai tujuan maksimal.Fadli juga menjelaskan masalah-masalah yang menimpa bangsa ini yang mengakibatakan terjadinya kemiskinan.
 
Para peserta Intermediate Training Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar Timur sangat antusias mengikuti pemamaparan yang disampaikan Akbar tanjung dan fadli Zon. Ini terbukti pada saat sesi Tanya jawab peserta berebut untuk menyampaikan pertanyaanya. Intermediate ini di ikuti 44 peserta yang berasal dari Himpunan Mahsiswa Islam Cabang Makassar Timur, Cabang Bulukumba, Cabang Polewali, Cabang Palopo, Cabang Sidrap, dan Cabang Wajo.

Jumat, 16 Desember 2011

Hegemoni Masyarakat Pesisir Terhadap Kerusakan Terumbu Karang

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING
HMI CABANG MAKASSAR TIMUR



HEGEMONI MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KERUSAKAN TERUMBU KARANG

NIRWAN






HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN UNHAS
CABANG MAKASSAR TIMUR
2011

Makalahinidiajukansebagaisalahsatusyaratmutlakuntukmengikuti intermediate training HMI cabang Makassar timur



Oleh
NIRWAN





















MAKASSAR
2011



KATA PENGANTAR
Salawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada pemimpin kita, Rasullah saw.
Alam semesta, dengan segenap isi dan penghuninya senangtiasa bersalawt, bersujud, dan bertasbih kepada Allah ‘Azza wa jalla. Bertasbih kepada allah adalah fitrah seluruh mahluk. Semua diiptakan dengan naluri bertasbih, menucikan sang pencipta. Naluri yang tidak dapat ditolak dan berlangsung secara alamiah tanpa harus diupayakan.
Pujisyukur kami panjatkankehadiratTuhan Yang MahaEsakarenaatasberkatrahmat-Nyalahsehinggasayaberhasilmenyelesaikanmakalahini yang berjudulHegemoni masyarakat Pesisir Terhadap Kerusakan Terumbu Karang yang merupakan syarat untuk mengikuti intermediate HMI Cabang Makassar timur
Penulismenyadarisepenuhnya, bahwadalammenyusunmakalahini, penulisdihadapkandenganbanyakkendaladantantangan, khususnyaterbatasnyawaktu yang tersediadanliteratur yang sulitdidapatkansertaketerbatasan-keterbatasanlainnya.Olehkarenaituapabilaadakesalahanpadamakalahinimakaharapandaripenulis agar pembacamemberikan saran dankritik yang bersifatmembangununtukperbaikanlebihlanjut.

Makassar, Desember 2011



Penulis







DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR
SAMPUL DALAM i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Maksud dan Tujuan 2
1.3.1 Maksud Penulisan 2
1.3.2 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hegemoni 4
2.2 Masyarakat Pesisir 5
2.3 Sumber daya kelautan 7
2.4 Islam dalampersfektifhegemonikerusakanterumbukarang 11
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Defenisi Umum 13
3.2 Skema gerakan untuk peningkatan intelektual masyarakat pesisir terhadap kelestarian terumbu karang 14
3.2.1 Studi pendahuluan 14
3.2.2 Survey dan verifikasi data lapangan 14
3.2.3 Pencarian solusi masalah 15
3.3 Metode praktis 16
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18










BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
(QS. An Nahl [16] : 14).
Kurang lebih 71 persen permukaan planet bumi ditutupi oleh air asin. Dibawah permukaan ini, kedalaman air rata-rata 3,8 Km, dengan volume sebesar 1370 dikali 106 Km3. Kasrena di seluruh volume air yang besar ini terdapat kehidupan, maka lautan merupakan satu-satunya tempat kumpul organisme yang sangat besar di planet bumi.
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebgai Negara maritim. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17.508 buah pulau kecil dan besar dengan garis pantai sekitar 81.000 km.Selain itu Indonesia sebuah Negara yang dilalui garis khatulistiwa (tropis), mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dipesisir Indonesia ada tiga ekosistem yang penting yakni terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.
Kekayaan sumber daya alam laut Indonesia belum termanfaatkan secara maksimal khususnya masyarakat pulau karena kurangnya pengetahuan masyarakat pulau akan pengololahan sumber daya alam laut. Belum maksimalnya pengolahan sumber daya alam laut Indonesia disebabkan beberapa faktor diantaranya rendahnya pendidikan, kurangnya perhatian pemerintah pada masyarakat pulau-pulau kecil dan ketinggalan teknologi untuk pemanfaatan laut.
Dari tahun ke tahun kerusakan terumbu karang di Indonesia semakin bertambah sesuai laporan Reef at Risk (2002) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Lebih lanjut, hasil survey P2O LIPI (2006) menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik. Ini berarti tidak menutup kemingkinan terumbu karang di Indonesia akan habis jika tidak ada pengololahan yang baik.
Masyarakat pesisr Indonesia sebagian besar dalam taraf kemiskinan ini sangat kontradiksi dengan sumber daya alam laut yang sangat melimpah.Salah satu dari penyebabnya adalah pemanfaatan ekosistem laut yang tidak sehat. Dalam makalah ini saya akan membahas masalah masalah kerusakan terumbu karang dan gerakan sosial untuk mengurangibahkan menghentikan kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh manusia. Mengingat terumbu karang adalah ekosistem yang sangat penting dalam lautan dimana sebagai tempat tinggal karang

1.2 Rumusan Masalah
1. kondisi sumber daya laut yang melimpah
2. harga hasil sumber daya laut dan kreatifitas masyarakat pulau yang murah
3. kesejahteraan masyarakat pulau dibawah standar
4. penggunaan teknologi untuk sumber daya alam laut yang sangat minim khususnya masyarakat pulau

1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penulisan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah terciptanya masyarakat pulau yang sejahatera dibarengi kondisi alam khususnya terumbu karang tetap lestari. Dengan peningkatan kapasitas intelektual masyarakat pesisir terhadap kelestarian terumbu karang
1.3.2 Tujuan Penulisan
1. peningkatan kapasitas inetelektual dan progregsifitas kehidupan masyarakat pulau.
2. Gerakan sosial mahasiswa terhadap kelestarian terumbu karang
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah memberikan informasi dari pemahaman kepada intelektual muda dan masyarakat akan hegemoni kehidupan masyarakat pulau.


























BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hegemoni
Hegemoni (bahasa Yunani: ἡγεμονία hēgemonía) pada awalnya merujuk pada dominasi (kepemimpinan) suatu negara-kotaYunani terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi negara terhadap negara lain. Ahli politik Antonio Gramsci mengembangkan makna awal tersebut untuk merujuk dominasi suatu kelas sosial terhadap kelas sosial lain dalam masyarakat melalui hegemoni budaya. Hegemoni juga merupakan suatu bentuk kekaisaran yang mengendalikan negara-negara bawahannya dengan kekuasaan (persepsi bahwa ia dapat memaksakan tujuan politiknya), dan bukannya dengan kekuatan (tindakan fisik langsung untuk memaksakan tujuan politiknya).
Dalam hubungan internasional, hegemon (pemimpin) menentukan politik negara bawahannya melalui imperialisme budaya, misalnya bahasa (lingua franca penguasa) dan birokrasi (sosial, ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada aturan tindakan. Segala pemberontakan karenanya dapat ditindas dengan polisi dan militer lokal tanpa campur tangan langsung hegemon, misalnya pada imperium Spanyol dan Britania, serta penyatuan Jerman
Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.
Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai.
Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi (masyarakat dominan). Di sini terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa .
John Storey menjelaskan konsep hegemoni untuk mengacu kepada proses sebagai berikut:Sebuah kondisi proses di mana kelas dominan tidak hanya mengatur namun juga mengarahkan masyarakat melalui pemaksaan “kepemimpinan” moral dan intelektual. Hegemoni terjadi pada suatu masyarakat di mana terdapat tingkat konsensus yang tinggi dengan ukuran stabilitas sosial yang besar di mana kelas bawah dengan aktif mendukung dan menerima nilai-nilai, ide, tujuan dan makna budaya yang mengikat dan menyatukan mereka pada struktur kekuasaan yang ada.
2.2 Masyarakat pesisir
Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Sekitar 16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Mereka bertempat tinggal di sedikitnya 8.090 desa pesisir yang tersebar di seluruh wilayah negeri ini.
Kemiskinan sebagai indikator ketertinggalan masyarakat pesisir ini disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu kemiskinan struktural, superstruktural, dan kultular (Nikijuluw,2003). Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau variabel eksternal individu. Variabel kemiskinan struktural adalah struktur sosial ekonomi masyarakat, ketersediaan intensif atau disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan, ketersediakan teknologi, dan ketersediaan sumber daya pembangunan, khususnya sumberdaya alam.
Pilihan untuk hidup di kawasan pesisir tentu sangat relevan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Sepanjang wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam hayati maupun non-hayati, sumber daya buatan serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi penghidupan masyarakat.
Kondisi geografis yang memiliki garis pantai begitu panjang ditambah besarnya potensi perikanan yang ada, seharusnya mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat yang mendiaminya. Berharap kemakmuran hidup dari potensi dan kekayaan alam yang ada tentu bukan keinginan yang muluk-muluk
Namun, kondisi yang dialami sebagian besar masyarakat pesisir ternyata tak sepenuhnya sejahtera. Hal ini jika kita menengok hasil analisis beberapa lembaga, yang mengungkapkan tingkat kemiskinan atau Poverty Headcount Index (PHI) rata-rata 0,3241. Dengan begitu, artinya diindikasikan masih ada sekita 32% dari total masyarakat pesisir yang masuk kategori miskin.
Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat pesisir sejatinya bukan cerita baru di negeri ini.Kemiskinan yang mereka alami sekan menjelma menjadi kemiskinan yang bersifat struktural.Masyarakat pesisir ditengarai masih berlum terpenuhi hak-hak dasarnya seperti pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur.Akibatnya masih cukup banyak anak nelayan miskin yang ikut terjebak dalam rantai kemiskinan sebagaimana yang dialami orang tuanya.
Kondisi tersebut tentu sebuah ironi, di tengah gemerlapnya kekayaan alam nan melimpah ternyata belum mampu mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat. Besarnya potensi sektor kelautan seharusnya mampu memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.Sektor kelautan juga semestinya memberikan kontribusi yang maksimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun hingga sekarang, kontribusi yang disumbangkan masih relatif relatif kecil bila dibandingkan dengan negara lain yang secara geografis memiliki garis pantai lebih pendek.
Semestinya, Bangsa Indonesia patut berbangga masih ada masyarakat yang rela mencurahkan hidup untuk mengelolah sumberdaya laut yang ada.Mengingat, pembangunan sektor kelautan merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional, sehingga perlu dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan ditunjang sistem kebijakan yang memadai.Sektor kelautan juga membuka peluang bagi bangsa ini untuk menuju persaingan ekonomi global.
Oleh karena itu, upaya memberdayakan masyarakat pesisir dan membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan menjadi keharusan sebagai langkah awal dalam membangunan sektor kelautan.Untuk itu, kebijakan yang diterapkan pemerintah seharusnya lebih berpihak lagi pada pemangku kepentingan di wilayah pesisir.

2.3 Sumber daya kelautan
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebgai Negara maritim. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17.508 buah pulau kecil dan besar dengan garis pantai sekitar 81.000 km.Selain itu Indonesia sebuah Negara yang dilalui garis khatulistiwa (tropis), mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dipesisir Indonesia ada tiga ekosistem yang penting yakni terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.
Terumbu Karang
Terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 km2. Terumbu karang dan ekosistem lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove adalah ekosistem laut terkaya di dunia. Wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan).
Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6 milyar/tahun. Nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri diperkirakan mencapai setidaknya US$ 61,9 milyar/tahun.
Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia.Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun.Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa mm saja per tahunnya.Yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.
Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang.Namun hanya sebagian yang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu.Organisme pembentuk terumbu yang terpenting adalah hewan karang.
Hewan karang hidup bersimbiosis dengan alga bersel satu yang disebut zooxanthellae.Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning, yang dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum.Alga ini juga hidup bersimbiosis dengan hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti, kima raksasa (Tridacna spp), anemon laut dan coelenterata lainnya.
Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° – 29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Itulah sebabnya terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewari aliran arus hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang.
Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis.Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman iebih dari 90 m.
Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

Fungsi ekosistem terumbu karang
Secara ekonomis, ekosistem karang dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu
1. Sebagai tempat penangkapan berbagai jenis ikan hias dan jenis biota laut yang dapat dikomsumsi atau dipelihara dalam akurium: 12 persen hasil tangkapan laut dunia berasal dari daerah terumbu karang ; dan perikanan Asia tenggara menghasilkan US$ 2,4 milyar,
2. Sebagai penyedia lapangan kerja, dimana sektor perikanan Maladewa menyumbangkan 25% dari total lapangan kerja yang tersedia,
3. Sebagai objek wisata, dimana wisata selam dunia memberi kontribusi sebesar 4,5 milyar dollar per tahun yang diperoleh dari 4726 pusat dan resort selam,
4. Sebagai bahan aktif untuk obat kosmetik, dan
5. Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian
Secara ekologis, ekosistem karang, khususnya yang berbentuk terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai (1) produser primer, dimana ekosistem terumbu karang dapat menghasilkan 15 sampai 35 ton setra karbon per-Ha setiap tahun; (2) pelindung daerah pantai dari abrasi akibat hembasan ombak dan arus kuat yang bersala dari laut;(3) sebagai habitat atau tempat tinggal, tempat mencari makanan(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursey ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang dan sekitarnya.
Sangat jelas telah dijelaskan diatas bahwa fungsi terumbu karang sangat penting demi kelangsungan hidup biota laut itu sendiri dan kelangsungan hidup masyarakat pesisir.


Pemanfaatan Laut dan kondisi terumbu karang
Dengan luasnya lautan yang jauh melebihi daratan, sudah sewajarnya jika lautan lebih mampu menampung kehidupan dari pada daratan.Binatang-binatang berukuran raksasa pun saat ini lebih banyak dijumpai dilautan dari pada daratan, misalnay paus biru, paus pembunuh dan puluhan jenis mamalia laut.Binatang berukuran raksasa yang hidup didaratan masih lebih kecil ukurannya disbanding dengan yang hidup dilautan.Dengan demikian sumber protein terbesar malah berada di laut.Belum lagi apabila dikaji densitas dari kandungan protein tiap binatang yang layak komsumsi oleh manusia.
Padahal, manusia diperintahkan untuk mengambil makana dari laut karena halal dan lezat dan sebagai mana disebutkan didalam ayat berikut ini :
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (Yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan didarat, selama kamu ihram. Dan bertakwaklah kepada Allah yang kepadanyalah kamu akan dikumpulkan (QS Al-Maidah 5:96)
Menurut penafsiran Departemen Agama Republik Indonesia, “binatang buruan laut” pada ayat diatas maksudnya adalah binatang buruan laut yang diperoleh dengan jalan usaha, seperti mengail, memukat, dan sebagainya.
Pemanfaatan laut oleh mayarakat pesisir dewasa ini masih tidak memikirkan untuk masa depan yakni dengan sengaja melakukan pengrusakan terhadapa ekosistem terumbu karang. Pengrusakan berupa:
1. Pemboman ikan yang dapat merusak karang,
2. Pengbiusan ikan yang dapat membunuh karang dan ikan-ikan kecil,
3. Membuang sampah dan limbah ke laut
4. Eksploitasi karang untuk akuarium,
2.4 Islam dalam persfektif hegemoni kerusakan terumbu karang
Allah menundukkan lautan untukmu supaya kapa-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (Surah Al Jatsiyah 45; ayat 12)
Kebutuhan hidup orang pada waktu dahulu mudah diperoleh seperti makanan contohnya ubi, buah-buahan, ikan dan binatang buruan. Demikian juga kebutuhan untuk minum, mata air dan sungai masih bersih, kebutuhan akan kayu bakar, kayu untuk bangunan rumah dan kebutuhan kulit atau serat untuk pakaian mudah diporoleh dari hutan. Pada waktu manusia makin bertambah banyak dan rezeki semakin sulit, dengan kwalitas hidup yang semakin baik tidak ada lagi barang gratis atau murah bahkan banyak yang menjadi langka.Dewasa ii semua harus dibeli termasuk udara bersih dan dingin.Lingkungan hidup yang tadinya melimpah, ramah dan murah sudah punah.
Kerusakan alam khususnya terumbu karang di Indonesia kebanyakan diakibatkan oleh manusia. Padahal tuhan telah member tahu kita “ telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia”. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.(Ar-Ruum : 41)
Dari ayat diatas Allah SWT telah mempertegas bahwa kerusakan alam disebabkan oleh manusia maka itu akan berimbas pada manusia itu sendiri, atau Perbuatan manusia baik atau buruk kembali pada dirinya sendiri sesuai ayat.Tapi Tuhan telah mengingatkan kepada kita untuk tidak merusak alam khususnya terumbu karang. Kerusakan terumbu karang langsung berimbas dengan kehidupan manusia karena terumbu karang merupakan tempat hidup ika-ikan.Jadi kalau terumbu karang mati ikan mau hidup dimana.
Didalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 14 bahwa tuhan telah mendudukkan laut agar kamu dapat makan ikan, dan menghasilkan mutiara dan kerang perhiasan dan kamu berlayar mencari keuntungan.
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An Nahl [16] : 14).
Di atas telah dipertegas bahwa ikan-ikan merupakn karunia Allah SWT tapi manusia telah merusak rumah atau tempat hidup ikan yakni terumbu karang.Manusia dengan sengaja membius ikan dan membom karang tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan, padahal semua itu bersal dari Allah SWT.




BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Umum
Hegemoni masyarakat pesisir terhadap kerusakan teumbu karang merupakan masalah yang lagi menimpa banngsa maritim Indonesia. Kalau kita mengartikan hegemoni adalah (bahasa Yunani: ἡγεμονία hēgemonía) pada awalnya merujuk pada dominasi (kepemimpinan) suatu negara-kotaYunani terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi negara terhadap negara lain. Ahli politik Antonio Gramsci mengembangkan makna awal tersebut untuk merujuk dominasi suatu kelas sosial terhadap kelas sosial lain dalam masyarakat melalui hegemoni budaya. Hegemoni juga merupakan suatu bentuk kekaisaran yang mengendalikan negara-negara bawahannya dengan kekuasaan (persepsi bahwa ia dapat memaksakan tujuan politiknya), dan bukannya dengan kekuatan (tindakan fisik langsung untuk memaksakan tujuan politiknya).
Dalam perkembangannya sekarang hegemoni biasa disebut sebagai latah moderen artinya kesenangan setara yang dilakukan oleh seseorang yang berpengaruh.
Jika hegemoni dimasukkan dalam kata masyarakat pesisir terhadap kerusakan terumbu karang artinya masyarakat melakukan sesuatu yang dilatar belakangi kepentingan sesuatu. Jika ada satu orang masyarakat pesisir yang melakukan pengrusakan karang maka masyarakat lain akan ikut merusak karena ada kepentingan dibalik itu. Ininal yang disebut sebagai latah moderen
Yang melatar belakangi masyarakat pesisir merusak karang karena kebutuhan ekonomi sekarang yang sangat meningkat dan tuntutan hidup yang sangat mahal, ini bisa ditutupi dengan nilai ekonomi ikan karang yang tinggi. Permasalahan diatas memicu masyarakat pesisir untuk melakukan penangkapan ikan karang dalam jumlah yang besar dengan menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem karang, seperti : pengoboman dan penggunaan racun sianida. Aktivitas penangkapan ikan secara besar-besaran dan dapat menyebabkan ketidak seimbangan jaring makanan pada ekosistem terumbu karang.
Masyarakat pesisir melakukan semua itu karena kurangnya pengetahuan tentang kelestarian alam khususnya karang. Disinilah peran intektual muda (mahasiswa) yang memiliki pengetahuan tentang kelautan untuk peningkatan kapasitas intelektual masyarakat pesisir terhadap kelestarian terumbu karang.Allah SWT akan menaikkan derjatnya bagi orang-orang yang berilmu.
Katankalah : “ kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat tuhanku , sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat tuhanku. Meskipun kami datangkan tammbahan sebanyak itu pula. ( Al-Kahfi 18 : 109)

3.2 Skema gerakan untuk peningkatan intelektual masyarakat pesisir terhadap kelestarian terumbu karang.
3.2.1 Studi pendahuluan
Studi pendahuluan mencakup pengambilan data pengumpulan data sekunder yang sudah tersedia, serta analisis guna mendafatkan profil sementara dan perencanaan pengambila data verifikasi data dilapangan. Data yang dikumpulkan dan dipelajari adalah data sosial ekonomi dan pendidikan.. Adapun data sekunder yang dicari pada studi pendahuluan meliputi informasi umum tentang berbagai kondisi sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat pesisir pada daerah tertentu. Sumber-sumber informasi atau data untuk studi pendahuluan diperoleh dari data statistik dan hasil penelitian sebeumnya, serta dari sumber informasi data sebelumnya. Output yang diharapkan dari tahapan ini adalah (1) gambaran awal tentang profil kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir di daerah tertentu (2) kondisi hasil data sekunder yang tersedia seperti cakupan, kualitas, kuantitas dan kelengkapan data; dan (3) perencanaan detail untuk pendataan lapangan.

3.2.2 Survei dan verifikasi data di lapangan
Kegiatan survei dan verifikasi di lapangan bertujuan untuk membuktikan, memvalidasi dan melengkapi data yang diperoleh dari hasil kegiatan studi pendahuluan yakni kondisi sosial ekonomi dan pedidikan, dengan pengambilan data primer dan data sekunder di lokasi survei. Dengan menggunakan metode pendataan seperti literatur atau peninjauan pustaka, sensus, kuesioner, wawancara, survei fisik, dan dokumentasi visual. Kemudian data yang didapat dikelolah dan di simpulkan untuk memgetahui kondisi sesungguhnya masyarakat pesisir sehinnga merusak karang.
3.2.3 pencarian solusi masalah
Setelah melakukan studi pendahuluan dan survei dan verifikasi data di lapangan dan didapatkan hasil maka langkah selanjutnya adalah mencari solusi agar masyarakat tidak merusak terumbu karang. Adapun contoh solusinya adalah :
1. Pemberian pemahaman pengolohan kelautan berdasarkan Al-Quran yang didalamya terdapat banayak penjelasan tentang pengololahan kelautan.
2. Peningkatan mutu pendidikan masyarakat pesisir, artinya disini inteltual muda (mahasiswa) turun langsung kelapangan untuk mengajari membaca, menulis, pengetahuan tentang alam, pengetahuan tentang kelestarian laut, pengolohan ekonomi (uang) dan lain-lain. Setelah mutu pendidikan masyarakat meningkat diharapkan kepedulian masyarakat akan kelestarian alam akan tertanam. Serta menuntut pemerintah agar memperhatikan nasib masyarakat pesisir yang pendidikannya rendah dan memberikan pendidikan gratis,
3. Sosialisai atau penyuluhan tentang pentingnya kelestarian terumbu karang. Dan bahaya penggunaan bom atau potas untuk menagkap ikan. Artinya kita jelaskan bahwa terumbu karang jika semuanya sudah mati maka ketersediaan ikan akan berkurang bahkan akan habis,
4. Pengenalan teknologi kelautan terbaru agar memudahkan masyarakat untuk menangkap ikan yang banyak dengan waktu yang singakat serta ramah lingkunan,
5. Pencarian pekerjaan alternatif tambahan, setelah mengetahui data yang dikumpulkan pada daerah tertentu maka kita akan dapat membaca pekerjaan alternatif tamabahan untuk menutupi kebutuhan ekonomi yang tinggi,
6. Pembuatan hukum adat, artinya mahasiswa bekerja sama dengan pemerintah setempat atau orang yang dituakan (tokoh masyarakat) untuk bersama-sama menjaga kelestarian terumbu karang dengan membuat hukum adat tidak boleh merusak terumbu karang serta pembuatan daerah penlindungan laut.

Setelah skema gerakan sosial intelektual muda (mahasiswa) diatas terlaksana diharapkan kelestarian terumbu karang dapat terjaga sehingga ikan tetap akan melimba dibarengi kesejahteraan masyarakat pesisir.

3.3 Metode Praktis
Metode praktis untuk mengurangi kerusakan terumbu karang yakni kita lansung turun kelapangan kelapangan mengamati apa yang terjadi di daerah tertentu, kemudian kita menjelaskan kepada masyrakat akan pentingnya terumbu karang untuk masa depan kehidupan anak cucu.
Memberikan keasadran konservasi terumbu karang dengan menggunakan metode kampanye atau penyuluhan. Sebagai intelektual muda (mahasiswa) jika melihat pada suatu daerah sudah terjadi kerusakan karang maka langsung melakukan konservasi dengan cara transplantasi karang.
Menuntut pemerintah agar memperhatikan masyarakat pesisir yang kebanyakan tergolong dalam taraf kemiskinan untuk diberikan pendidikan dan kesehatan gratis.










































BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Indonesia memiliki potensi kelautan yang berlimpah tapi belum bisa dikelolah dengan baik oleh masyarakat pesisir karena rendanhya pengetahuan tentang kelautan dan ketinggalan teknologi pemanfaatan kelautan.
2. Kebanyakan masyrakat pesisir maih dalam taraf kemiskinan sehingga dalam menangkap ikan menggunakan segala cara untuk mendapatkan ikan sebanyaknya untuk menutupi kebutuhan ekonomi yang sangat tinngi
3. Masih kurangnya kesdaran masyarakat pesisir mengenai kelestarian terumbu karang
4. Mahasiswa sebagai intektual muda harus melakukan gerakan sosial untuk menjaga kelestarian terumbu karang dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
4.2 Saran
Saya menyarangkan agar semua mahasiswa sebagai intektual muda untuk langsung turun kelapangan melihat kondisi masyarakat pesisir dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi.











DAFTAR PUSTAKA

• Djamil, Agus S, 2004, Al Quran dan Lautan, PT Mizan Pustaka, Bandung.
• Ibrahim, Ahmad S, 2004, Bahkan Jagat Raya pun Bertasbih, Serambi, Jakarta.
• http://arahkiri2009.blogspot.com/2009/11/gramsci-dan-hegemoni.html diakses 4 desember 2011
• http://catatan-sr.blogspot.com/2009/08/mengangkat-kesejahteraan-masyarakat_10.html diakses 4 desember 2011
• http://www.goblue.or.id/tentang-terumbu-karang diakses 4 desember 2011
• Nybakken, james W,1998, Biologi Laut Suatu Pendekatan ekologis, PT Gramedia Pustaka Utama, jakarta
• Saroyono, 2002, Pengololahan Hutan, Tanah, & Air : dalam perspektif Al-Qur’an, Pustaka Alhusna baru.
• Tuwo, Ambo, 2011, Pengololahan Ekowisata Pesisir dan Laut, Brilian Internasional, Surabaya.














LAMPIRAN
Lampiran 1. Curriculum Vitae

Nama Lengkap : Nirwan
Nama Panggilan : Nirwan
Tempat/Tanggal Lahir :Bulukumba 27 April 1992
Alamat : BTN Minasa Upa Blok AB 10 No. 17
No Hp/Email : 085223114084/ nirwan_kla22@yahoo.com
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 219 Ara
SMP Negeri 2 Bontobahari
SMA 1 Bontotiro
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Unhas 2009
Motto : Perubahan hanya milik orang yang berpikir
Pengalaman Organisasi : Ketua Kelas
Sekretaris Umum HmI Kom. ITK Periode 2010-2011
Ketua Umum HmI Kom. ITK Periode 2011-2012
Anggota MSDC UH
Pengurus UKPM UH Periode 2011

Jumat, 02 Desember 2011

DISKUSI PUBLIK “ KAPITALISASI PENDIDIKAN DALAM WUJUD RUU PERGURUAN TINGGI”


Jumat 2 Desember 2011 bertempat di koridor Kelautan Unhas Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas mengadakan diskusi publik mengenai Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi. dengan tema “Kapitalisasi pendidikan dalam wujud Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi”. Pada diskusi ini dihadiri peserta dari Himpunan Mahasiswa islam se Komisariat Cabang Makassar Timur. Selaku fasilitaor adalah Wiwin yang merupakan alumni mahasiswa Hukum Unhas.
Di diskusi ini dibahas pasal-pasal yang mengarahkan swastanisasi kampus Perguruan Tinggi. “Rancangan undang-undang ini merupakan wajah baru dari BHP yang akan menjual kampus ke pihak swasta” tegas wiwin selaku fasilitator.ini terbukti pada pasal 9 ayat 1 poin a mengatakan perguruan tinggi dengan kemandirian kemandirian penuh. Artinya Negara mau melepaskan pendidikan ke pasar. Imbasnya nanti orang-orang miskin tidak bisa kuliah karena mahalnya SPP karena pihak universitas berhak menentukan besarnya SPP. Wiwin juga mengatakan jangan heran natinya di Unhas akan ada maal, hotel dan fasilitas kampus akan menjadi tempat resepsi pernikahan. 
Pada diskusi ini disimpulkan bahwa Rancangan Undang-Undang ini sangat merugikan mahahasiswa. Diharapkan mahasiswa tetap mengawal Rancangan Undang-Undang ini sehingga tidak menjadi undang-Undang. Tanpa Undang-undang Perguruan Tinggi toh kita masih bisa berkuliah.

Rabu, 21 September 2011

Mission HmI

Implementasi Mission HMI dalam Masyarakat Transisi

HMI adalah organisasi kader (sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan perubahan secara terus-menerus),. Hal ini membawa konsekuensi logis pada setiap gerak organisasi yang senantiasa harus diarahkan pada perbaikan kehidupan manusia. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, demi terwujudnya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Dalam melakukan perjuangan, HMI meyakini bahwa Islam sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transenden, humanis, dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridha-Nya.
Untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas gerakan, maka perjuangan yang dilakukan setiap kader HMI secara individu maupun secara institusi harus senantiasa berpegang pada independensi organisasi (independensi etis danindependensi organisatoris). Independensi bagi HMI merupakan karakter kepribadian yang implementasinya terwujud didalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Mission" HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setiap perjuangan HMI harus selalu disesuaikan dengan konteks dan realitas sosial kekinian. Kini masyarakat sedang mengalami situasi transisi demokrasi (budaya, politik, tata pemerintahan). Salah satu ciri masyarakat transisi adalah munculnya banyak aspirasi masyarakat yang menuntut adanya perubahan dan pembaruan sebagai cerminan respons masyarakat terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. Aspirasi nasyarakat tersebut merupakan hasil proses sosiologis yang panjang yang melibatkan aktor-aktor perubahan sosial, meminjam istilahnya Daniel Bell dan John Keane aktor-aktor perubahan sosial disebut civil society.
Civil society sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri pokok, yaitu; Pertama, adanya kemandirian yang relatif tinggi dari individu-individu, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dalam rangka tawar menawar terhadap negara. Kedua, adanya ruang publik yang tersedia sebagai wahana partisipasi politik masyarakat. Ketiga, adanya kemampuan membatasi kekuasaan negara agar tidak menjadi kekuatan yang intervensionis. Dalam perspektif inilah, maka kebangkitan partisipasi masyarakat merupakan indikasi adanya semangat proses demokratisasi di Indonesia.
Dalam merespon kondisi transisi demokrasi, pemerintah melakukan perubahan orientasi dalam menata menejemen pemerintahan. Beberapa perubahan tersebut antara lain, pertama, perubahan orientasi menejemen pemerintahan dari orientasistate driven menjadi menejemen yang berorientasi ke pasar. Selama ini manajemen pemerintahan tidak lebih hanya menuruti kepentingan elit penguasa sedangkan kepentingan masyarakat diabaikan. Kedua, perubahan dari orientasi otoritarian menjadi orientasi demokrasi. Ketiga, perubahan dari orientasi sentralisme menjadi orientasi desentralisasi. Dari ketiga perubahan orientasi tersebut pada dasarnya ada kecenderungan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator masyarakat. Sehingga ada tiga komponen pokok dalam pelaksanaan pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat yang diantara ketiganya harus berjalan secara sinergis.
Perubahan diatas, baru sebatas dalam peraturan perundangan itupun masih banyak kekuarangan, belum menyentuh pada budaya masyarakat. Realitas sosial yang terjadi pada era pemerintahan saat ini menunjukan terjadinya krisis ekonomi yang belum teratasi, meningkatnya kekerasan, simpang-siurnya penegakkan hukum, konflik elit politik yang semakin tak terkendali, dll. Dalam situasi demikian HMI beserta kekuatan kemahasiswaan dan kepemudaan mempunyai tanggungjawab besar untuk mengawal dan mewujudkan agenda reformasi yang sampai hari ini belum terwujud

Tafsir Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam

I. Pendahuluan

Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi berstatus sebagai organisasi mahasiswa yang berperan sebagai sumber insani pembangunan bangsa dan berfungsi sebagai organisasi yang bersifat independen.

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.

Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 5 AD/ ART HMI yaitu :

"TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDLOI ALLAH SWT".

Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.

II. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan Organisasi

Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai daengan fitrahnya sebagai khalifatullah di muka bumi dangan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.

Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dan usaha organisasi HMI.

Dasar motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu yang tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.

Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.

Kesejahteraan yang dimaksud akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Didalam amal kemanusiaan inilah manusia akan mendapat kebahagiaan dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan dengan "kehidupan yang adil dan makmur".

Untuk menciptakan kehidupan yang demikian, Anggaran Dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisir nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan /Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengetahuan. Karena inilah hakikat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal soleh). Pengabdian dalam bentuk amal soleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan manusia mendapatkan kebahagiaan.

III. Basic Demand Bangsa Indonesia

Sesungguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 5 Anggaran Dasar tersebut adalah dalam rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna memformulasikan dan merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan mereka, maka kita perlu melihat dan memahami keadaan dan sejarah mereka sebelumnya. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode yaitu:
a) Periode (Masa) Penjajahan
Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan-pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa.
b) Periode (Masa) Revolusi
Periode ini adalah masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didorong oleh keinginan yang luhur maka bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu dibutuhkan adalah "solidarity making" diantara seluruh kekuatan nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan-pimpinan nasional type solidarity maker.
c) Periode (Masa) Membangun
Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada di tangannya maka timbullah agar cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.

Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang "problem solver" yaitu type "administrator" disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera, adil dan makmur serta kebahagiaan. Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia tersebut dengan tegas tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 dalam alinea ke-dua yaitu terbinanya negara Indonesia yang: (1) Merdeka, (2) Bersatu dan Berdaulat, (3) Adil dan Makmur. Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita capai tetapi tujuan ke-3 sekarang sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur hanya akan terbina dan terwujud dalam suatu pembaharuan dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa.

IV. Kualitas Insan Cita HMI

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yakni ideal yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagai mana dirumuskan dalam pasal tujuan (pasal 5 AD HMI) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Insan Akademis

+ Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.

+ Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.

+ Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu yang dipilihnya, baik secara teoritis maupuan teknis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

2. Kualitas Insan Pencipta; Insan Akademis, Pencipta

+ Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada, dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.

+ Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menemukan bentuk yang indah-indah.

+ Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.

3. Kualitas Insan Pengabdi; Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi

+ Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.

+ Sadar membawa tugas insan pengabdi bukanya hanya membuat dirinya baik, tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.

+ Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang pasrah cita-citanya yang ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam: Insan Akademis, Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam

+ Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan mission Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.

+ Ajaran Islam telah berhasil membentuk "unity of personality" dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema antara dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah meng-integrasi-kan masalah suksesnya dalam pembangunan Nasional bangsa ke dalam suksesnya perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya.

5. Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT :

+ Insan akademis, Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

+ Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.

+ Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.

+ Rasa tanggung jawab taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

+ Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

+ Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai "khalifah fil ardhi" yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan "Man of future" insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersifat terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara operatif bekerja sesuai yang dicita-citakan.

Ideal type dari hasil perkaderan HMI adalah "Man of inovator" (duta-duta pembaharu). Penyuara "Idea of progress" insan yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia yang beriman berilmu dan mampu beramal soleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil). Dari lima kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus dipahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas Insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga kualitas insan pengabdi tersebut merupakan insan Islam yang terefleksikan dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adi dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

V. Tugas Anggota HMI

Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut di atas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi perkembangannya potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen untuk itu:

* Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT.

* Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran.

* Jujur dan tidak mengingkari hati nurani atau hanief.

* Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.

* Bersifat kritis dan berfikir bebas kreatif.

* Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan:
- Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya dengan penuh gairah.
- Aktif berstudi dalam fakultas yang dipilihnya.
- Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan.
- Giat dalam studi dan selalu mengikuti perkembangan situasi.
- Selalu mengadakan perenungan terhadap ilmu-ilmu yang sudah dimilikinya dan mengemukakan pendapatnya sendiri.
- Selalu hadir dalam forum ilmiah.
- Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan.
- Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam mengambil peran dalam kegiatan HMI.

Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang HMI dalam membina dirinya untuk mencapai insan cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.

Insan cita HMI ini pada suatu waktu akan merupakan Ïntelectual community"atau kelompok intelegensia yang mampu merealisir cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spiritual, adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Wabillahittaufiq wal hidayah.