hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Senin, 03 Januari 2011

belum ADA JUDUL

Dengan remote ditangan, dengan kuasa penuh kita mencoba memilih berbagai saluran chanel yang paling kita sukai. Lagi-lagi kita memilih program hiburan lelucon yang tidak pernah memberi makna apa-apa pada kita selain kenyataan bahwa kebanyakan dari kita butuh kebahagiaan atau kurang bahagia. Inilah pola hidup yang umumnya dilakukan sebagian besar masyarakat Indonesia, tentunya yang mempunyai televisi.

Melihat kenyataan bahwa sekarang bulan februari Juli tahun 2010, kita masih melihat penuhnya berbagai saluran dengan berita paling popular, mulai dari kisah Century, KPK, sampai beredarnya video mirip ariel peter pan, luna maya, dan cut tari. Ini adalah masalah yang tak pernah usai, karena ada sebuah warisan sejarah yang terus mentradisi dalam tragedy seperti ini tetap dipertahankan.

“Salam sejarah, skandal pertama belumlah usai hingga kini, skandal kedua menyusul, amnesia seakan menjadi penyembuh, lagi dan lagi, sudah tidak terasa pedih”.

Dalam sejarah kemerdekaan, atau lahirnya negeri ini, telah diungkap oelh sejarah bahwa ditengah perjuangan melawan penjajah, ada penyusup oportunis mewarnai penyelenggaraan Negara yang masih amat rentan ini. Sekilas kita mungkin telah melihat bahwa adalah warisan dan bukanlah sebuah kebetulan jika akhirnya sebuah skandal atau tragedy seperti Century adalah penyakit Turunan. Para wakil pansus dari berbagai fraksi terlalu konsentrasi pada permainan tarik-ulur hasil akhir keputusan yang diambil Pansus ini. Partai besar berwarna biru pun kebakaran jenggot. Dengan nada mengancam akan memutuskan tali-tali cabinet fraksi partai yang bersangkutan jika nekad memberikan sebuah data dan fakta yang objektif. Karena saya sudah hapal dengan watak negeri ini, saya memprediksi, seperti sebelumnya, seperti bom Hiroshima, dan terjadi berulang, bom yang menyebarkan virus LUPA. Kita adalah negeri pelupa. Sebuah kewajaran jika banyak sejarawan yang makan hati karena catatan kritis mereka dianggap sesuatu yang asing dan tabu, padahal tidak lebih adalah sebuah fakta.

Dengan nada sinis dan sedikit egois, saya sampai detik ini tidak akan pernah menyebutkan bahwa argument saya adalah objektif. Karena segala kegiatan dari yang terencana maupun tidak terencana mempunyai tujuan, artinya tidak ada sebuah kegiatan apapun yang bebas nilai, bahkan kebebasan itu sendiri mempunyai nilai-nilai yang harus dipatuhi.

Ada apa dengan negeri ini? Apakah mereka sudah menggadaikan ingatan mereka demi sesuap nasi? Jika itu memang terjadi, saya anggap wajar. Namun saya merasai bahwa masyarakat Indonesia (seperti kata Pram) sedang mengalami pembusukan. Namun istilah saya adalah masyarakat yang sakit. Sedikit reflexi bersama teman-teman primitive saya, ketika saya berdiskusi mengenai bangsa yang sedang kehilangan identitas ini, banyak hal yang dianggap kurang pantas dilakukan oleh manusia rasional namun dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Saya, anda dan semua masyarakat Indonesia pasti merindukan sebuah Negeri yang Aman tenrtam, dan sejahtera. Namun untuk sebuah perubahan kecil saja, amat sempit kesempatan seperti itu.

Pola pikir manusia Indonesia hari ini telah terjungkirbalik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar