hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Jumat, 07 Januari 2011

Etika dan Estetika cinta, dulu dan sekarang

Bagi seorang aktifis gerakan atau organisasi dakwah yang melabelkan Islam di belakangnya, sudah menjadi keniscayaan jika segala aktifitasnya senantiasa disandarkan kepada Allah dan nafas perjuangan dan tindak tanduknyanya sesuai dengan norma-norma Islam. Namun di era globalisasi ini hampir-hampir telah mengikis nafas pejuangan itu. Tak ada lagi spirit perjuangan yang dirasakan yang ada hanya kehampaan.

Era ini adalah era informasi, hampir seluruh penjuru bahkan isi hati seseorang dapat diketahui oleh semua orang, maka di era yang paling berpengaruh adalah alat komunikasi, era di mana tak ada lagi celah untuk menyembunyikan sebuah budaya atau pun ada masyarakat tertentu di daerah terpencil sekalipun. Tak terkecuali aktifis Islam pun tak dapat bersembunyi darinya.

Isi hati dan pikiran seseorang tidak lagi disembunyikan dan begitu mudahnya untuk diungkapkan, melalui berbagai media, internet, dan alat canggih yang disebut dengan HP, dengan biaya yang murah dan terjangkau semua kalangan, serta langsung dapat dinikmati. Alat ini juga dapat membuat yang jauh menjadI dekat seolah-olah dunia ini dapat dijangkau hanya dengan satu tombol: Enter/Yes atau OK. Makanya ada orang bilang kalau dunia ini menjadi sempit dengan adanya system informasi yang modern dan canggih.

Bercinta bukanlah sesuatu hal yang dilarang dalam agama, bahkan itu sudah menjadi fitrah manusia (Qs.3:14).Nnamun Islam menuntut adanya etika yang baik, karena sesungguhnya cinta itu berada dalam kesucian dan tak pernah keluar darinya. Dengan cinta pandangan menjadi indah, dengan cinta bekerja akan menjadi ikhlas.

Bahkan para sufi menyatakan bahwa cinta atau mahabbah adalah puncak tertinggi dari sebuah penghambaan kepada Allah. Cinta kepada lawan jenis pun tidak dilarang, namun harus ada etika yang baik sehingga cinta tak ternodai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan cinta.

Dulu orang mengungkapkan cinta kepada kekasihnya dengan menggunakan surat yang ditulis di atas kertas putih menggunakan tinta berwarna merah, serta menggunakan gaya bahasa yang santun dan puitis. Ini melambangkan kesucian cinta serta ketinggian budi bahasa seseorang. Setelah itu surat cinta itu diantar dengan seorang perantara yang terpercaya dan terjaga kerahasiaannya, ini dilakukan untuk menghindari agar tidak terjadi sabotase oleh orang lain. Itulah etika bercinta orang dulu khususnya di dunia Timur.

Namun, jauh berbeda dengan hari ini, tak ada lagi yang dapat disembunyikan, tak ada lagi yang harus di rahasiakan, bahkan kalau perlu diketahui oleh semua orang dan semuanya hanya cukup dengan satu tombol; Enter/Yes atau OK. Cukup dengan SMS atau menelpon seseorang langsung mengetahui isi hati seseoang dalam waktu singkat dan lebih akurat namun kurang memiliki nilai estetika dan perjuangan dibandingkan gaya bercinta masa lampau.

Dalam etika ketimuran dapat dipandang kurang beretika karena dunia timur mengenal istilah seni dan etika dalam bercinta bahkan nuansa spiritualitas pun tak boleh dipisahkan, hal ini berbeda dengan dunia barat, mengungkapkan cinta dengan cara yang Vulgar, sehingga yang nampak hanya nafsu, bukan cinta.

Itulah modernism yang mengikis nilai-nilai estetika dan etika, semuanya diukur dengan rasionalitas, menggunakan bahasa yang satu makna/denotatif, bukan kiasan/konotatif, namun sesungguhnya telah membuat rohani menjadi kering dan menggeser makna cinta menjadi sesuatu yang rasional, padahal cinta adalah rasa yang tak dapat diasionalkan bahkan tak akan dapat dideskripsikan. jika sekiranya Al-Quran bukan bahasa puitis maka ia akan kering akan makna dan kandungannya dan tak akan dirasakan keagunggannya.

oleh. sekum umum cabang palopo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar