hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Jumat, 25 Maret 2011

pengertian Filsafat "Philosophia"

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.


SÖREN KIERKEGAARD (1813-1855)
Sebagai Bapak Eksistensialisme, pandangan filosofis
Kierkegaard tentunya banyak membahas tentang manusia,
khususnya eksistensinya. Beberapa point yang penting
dalam filsafatnya:
• Individu tidak ditempatkan di hadapan Ketiadaan,
melainkan di hadapan Tuhan.
• Dia menganggap Hegelianisme sebagai ancaman besar
untuk individu, untuk manusia selaku persona.
• Yang harus dipersoalkan terutama subyektivitas dari
kebenaran, yaitu bagaimana kebenaran dapat menjelma
dalam kehidupan individu. Kebenaran obyektif –
termasuk agama – harus mendarah daging dalam si
individu.
• Yang penting ialah bahwa aku memahami diriku
sendiri, bahwa kulihat dengan jelas apa yang Tuhan
kehendaki sungguh-sungguh agar aku perbu
at.• Dia membedakan manusia dalam stadium estetis, etis
dan religius.
• Pada stadium estetis manusia membiarkan diri
dipimpin oleh sejumlah besar kesan-kesan indrawi,
mengikuti prinsip kesenangannya, lebih dijadikan hidup
daripada ia hidup sendiri.• Kebosanan, kekurangsenangan dan kecemasan memimpin
seseorang ke arah stadium etis. Mulai mekar keinsafan
akan kemungkinan-kemungkinan kita, akan kebebasan,
tanggung jawab dan kewajiban kita.• Manusia bisa merasa dirinya kecil dan tidak berdaya
sambil mendambakan topangan serta bantuan Tuhan, yang
mengulurkan tangan-Nya untuk membantu manusia yang
terkoyak-koyak (bandingkan Mat 5:3).


PLATO (427 – 347 SM)
Terjadi titik balik dalam kebudayaan dan pemikiran
Yunani ketika Plato menafsirkan semboyan “kenalilah
dirimu sendiri” (gnothi seauton) dengan cara yang sama
sekali baru.
Menurut Plato, manusia adalah
ibarat teks yang sulit, maknanya harus diuraikan oleh
filsafat.Plato bertitik tolak dari manusia yang harmonis serta
adil dan dalam hal itu ia menggunakan pembagian jiwa
atas 3 fungsi, yaitu:
• Epithymia (suatu bagian keinginan dalam jiwa).
• Thymos, (suatu bagian energik dalam jiwa).
• Logos, (suatu bagian rasional dalam jiwa dan sebagai
puncak dan pelingkup).
Menurut Plato, negara diibaratkan sebagai Manusia
Besar, sebagai organisme yang terdiri atas 3 bagian
atau golongan yang masing-masing sepadan dengan suatu
bagian jiwa, yaitu:
• Epithymia, golongan produktif yang terdiri dari
buruh, petani, dan pedagang.
• Thymos, golongan penjaga yang terdiri dari
prajurit-prajurit.
• Logos, golongan pejabat yang memegang pucuk pimpinan
dan kekuasaan.

Guna lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Pythagoras (572-497 SM) dia adalah orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah philosophia, ia adalah seorang ahli matematika yang kini lebih dikenal dengan dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Dia berpendapat bahwa filsafat itu artinya cinta kearifan (orang yang arif). Dua juga berpendapat bahwa kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki oleh Tuhan semata.
2. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
3. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
4. Socrates (469-399 SM) ia mengajarkan kepada halayak ramai terutama kaum muda bahwa pengetahuan adalah kebajikan dan kebajikan adalah kebahagiaan. Dalam pemahaman Socrates filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).
5. Cicero (106 – 43 S.M). seorang filsuf Romawi kuno, ia berpendapat bahwa filsafat sebagai ibu dari semua pengetahuan dan menulis bukunya yang berjudul (De Natira Deorum) dia mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (the art of life) yang dapat diartikan pengetahuan kehidupan. Jadi menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.
6. Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
7. Cristian Van Wolff (1679-1754) ia merumuskan filsafa sebagai ilmu tentang hal yang mungkin sejauh dapat ada (the science of the possible in sofar as they can be).
8. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu:
a. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).
b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).
c. Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita)
d. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).
9. Hegel (1770-1831) seorang filsuf Jerman yang menganut aliran filsafat idealism, ia mendepinisikan filsafat sebagai the investigation of things by thought and contemplation (penyelidikan hal-hal dengan dengan pemikiran dan perenungan).
10. Herbert Spencer (1820-1903) seorang filsuf Inggris, dalam bukunya yang terkenal First Principles menerima filsafat sebagai pengetahuan dari generalitas yang tertinggi derajatnya. Konsep ini diperkuat oleh tercakupnya pembahasan tentang, Tuhan, alam, dan manusia dalam dalam ruang lingkup filsafat.
11. John Dewey (1858-1952) ia adalah seorang tokoh pendiri mazhab pragmatisme dalam bukunya yang dia menulis (role of philosophy in the history of civilization) ia menganggap filsafat sebagai suatu sarana untuk melakukan penyesuaian antara hal-hal yang lama dengan hal-hal yang baru dalam sesuatu kebudayaan. Filsafat merupakan suatu pengungkapan dari perjuangan-perjuangan manusia dalam usaha terus menerus untuk menyesuaikan kumpulan taradisi yang lama dengan berbagai kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru.
12. H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia ini.
7. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan beberapa pengertian filsafat yaitu:
1) Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta).
2) Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional).
3) Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah).
4) Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah serangkaian sistem berfikir).


Amsal Bakhtiar, 2007, Filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Pustaka Filsafat. Yogyakarta.
Jujun S. Surya Sumantri, 2003, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan.
Jujun S. Surya Sumantri, 2009, Ilmu Dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Mohammad Muslih, 2005, Filsafat Ilmu, Belukar. Yogyakarta.
Noeng muhadjir, 2006, filsafat ilmu kualitatif dan kuantitatif untuk pengembangan dan penelitian edisi III. Rake Sarasin. Yogyakarta.
The Liang gie, 2007, Pengantar filsafat ilmu, Liberty Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar