hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Jumat, 04 Maret 2011

KAPITALISME

Kapitalisme
Disklaimer: 1) Catatan ini adalah bahan pengantar diskusi. Ia tidak bermaksud ilmiah, dan karenanya
tidak didasari oleh riset mendalam dan metodologi teruji. Ia tak lebih dari sebuah upaya mengumpulkan
berbagai sudut pandang dan lalu mencari benang merahnya. Untuk informasi yang lebih dapat diandalkan,
silakan mengacu kepada catatan-catatan kaki. 2) Catatan ini tidak bisa menghindari domain sosial dan
politik; karenanya akan lebih bagus jika kawan-kawan melakukan cross-check dengan ahli sosial dan
politik. 3) Akan sangat bermanfaat jika bertitik tolak dengan framework ini, kita bisa bersama-sama
mendiskusikan di mana kira-kira kita tempatkan Islam, minimal ekonomi Islam dalam konstelasi
pemikiran-pemikiran di bawah.
Etimologi kapital(isme)
Kapital berasal dari kata Latin caput yang berarti “kepala”. Arti ini menjadi jelas,
misalnya dalam istilah “pendapatan per kapita” – pendapatan per kepala. Juga masih
konsisten, ketika dipakai untuk, misalnya capital city – kota utama. Apa hubungannya
dengan “capital” yang lain – yang sering kita terjemahkan sebagai “modal”? Konon
kekayaan penduduk Romawi kuno diukur oleh berapa kepala hewan ternak yang ia
miliki.1 Semakin banyak caput-nya, semakin sejahtera. Tidak mengherankan, jika
kemudian mereka “mengumpulkan” sebanyak-banyaknya caput. Sekarang jelas sudah,
mengapa kita menterjemahkan capital sebagai “modal”.
Lantas, kita tahu bahwa ism mengacu kepada “paham”, “ideologi”: cara pandang atau
cara hidup yang diterima oleh sekelompok luas masyarakat dan karenanya menjadi
konvensi. Sebenarnya mudah saja mengartikan “kapitalisme”, setelah kita setuju bahwa
“kapital” adalah “modal”. Kapitalisme adalah modal-isme: paham yang berdasarkan
modal. Beberapa sumber sering mengatakan bahwa kapitalisme sebagai ideologi harus
dibedakan dengan kapitalisme sebagai fenomena. Yang pertama mengacu kepada
kepemilikan pribadi atas barang modal dan yang kedua lebih kepada kerangka filosofis
yang mendukung sistem tersebut. Menurut saya, dikotomi ini tidak jelas. Dan,
sebagaimana yang kita bicarakan di bawah, kapitalisme sebagai ideologi dan sebagai
fenomena sukar dipisahkan.
Posisi kapitalisme (awas: ini sekedar sugesti).2
Negara Individu
Sosialisme
Komunisme
Merkantilisme
Fasisme
Libertarianisme
Konservatisme
Objektivisme
Kapitalisme
1 Etimologi lengkap dengan folklor macam begini, kalau tertarik, sila dicari di setiap ensiklopedi. Yang
klasik, mungkin, Encyclopaedia Britannica. Favorit saya sekarang adalah Wikipedia. Dan tentu jangan
lupa: Google!
2 Tentang spektrum politik, sosial, dan ekonomi, silakan mengacu ke buku-buku teks tentang sejarah
paham-paham. Untuk potong kompas dan sekedar tahu, silakan di-Google dengan kata kunci “political
compass”, atau “Nolan chart”, atau yang lebih kompleks lagi: “Vosem chart”.
Otoritarian/Fasisme
Mao, Castro,
Lenin, Stalin,
Arafat, Marx
Machiavelli,
Hitler, Mussolini
Hobbes
Sosialisme,
Komunisme,
Kiri
Gandhi, Mandela,
Dalai Lama,
Galbraith 3
Mises, Hayek,
Rand, Friedman
Kapitalisme,
Kanan
Libertarianisme
G
Populis
Konservatif
Liberal
Libertarian
Istilah “kiri” dan “kanan” sendiri sering membingungkan. Pada awalnya, kira-kira jaman
revolusi Perancis, “kiri” berarti mereka yang memperjuangkan kepentingan kapitalis atau
borjuis di dalam parlemen Perancis. Sekarang, “kiri” justru berarti “sosialis” sementara
“kanan” adalah “kapitalis”. Ini pun tidak jelas batasannya. Kerancuan ini diperparah oleh
media massa. Di Indonesia sendiri, kita mengasosiasikan paham “komunisme” sebagai
“kiri”, tapi tidak punya “kanan” – kecuali bahwa sebagian mengasosiasikannya dengan
“agamis”, sesuatu yang kemudian banyak “ketidakcocokannya” dengan “kapitalisme”.
Untuk tujuan praktis, mungkin perlu juga mengetahui “trend” arti istilah-istilah itu
dewasa ini. Pada umumnya, KIRI berarti: egalitarian, demokratik, intervensionis, sekular,
pro-perubahan, pro kelas bawah, pro hak-hak kaum gay, pro aborsi, demam posmo, dan
3 Kita bisa masukkan di quadran ini beberapa contoh sekarang: Zinn, Franken, Stiglitz, Moore, Klein,
Chomsky, Nader, Palast, Ali, dan Krugman.
Kebebasan sosial politik
Kebebasan
ekonomi
antiglobalisasi. Sementara KANAN diasosiasikan dengan pasar bebas, anti aborsi, nonsekular,
liberti, anti penggunaan obat addiktif, pro kelas mapan, pro globalisasi, pro status
quo.
Diskursus kapitalisme (sekaligus “hubungannya” dengan sosialisme)
Ada sangat banyak definisi formal tentang kapitalisme. Salah satunya mengatakan bahwa
kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana barang dan jasa diperjualbelikan di pasar dan
barang modal adalah milik entitas-entitas non-negara dari unit terkecil hingga global.
Milton Friedman, salah seorang proponen utama kapitalisme moderen , merumuskan 3
faktor utama sistem kapitalisme: pasar bebas, kebebasan individual, dan demokrasi.4
Marx meramalkan bahwa kapitalisme akan hancur melalui revolusi proletar. Revolusi ini
dipicu oleh frustrasi kelas pekerja akibat ekploitasi oleh kelas kapitalis. Mereka (para
pekerja) diperlakukan hanya sebagai komoditas (“commodoty fetishism”). Kapitalis
menghisap rente yang berasal dari selisih antara upah pekerja dengan harga jual barang
(“surplus value”). Hancurnya kapitalisme akan melahirkan masyarakat sosialis, dimana
kepentingan bersama selalu diletakkan di atas kepentingan pribadi, dan “from each
according to his ability to each according to his needs”.5 Tahap matang dari sosialisme
adalah komunisme, di mana masyarakat tidak lagi mengenal kelas. Hak pribadi lebur
menjadi hak komunal. Semua sama, dan pemerintah mengatur segalanya.6 Jadi,
sosialisme/komunisme, menurut Marx, adalah konsekuensi logis dari kapitalisme.
Ternyata, sampai saat ini diktum Marx tidak terbukti. Yang terjadi justru sebaliknya:
kapitalisme semakin berkembang.
Ada satu faktor lain selain sosialisme dan kapitalisme yang selalu menyertai: demokrasi.
Triumvirat ini pertama kali dipopulerkan oleh Schumpeter.7 Sama dengan Marx,
Schumpeter juga meramalkan keberhasilan sosialisme dan kejatuhan kapitalisme. Lebih
jauh, Schumpeter berargumen bahwa demokrasi bisa tumbuh lebih subur dalam
masyarakat sosialisme ketimbang masyarakat kapitalisme. Sekalipun begitu, Schumpeter
mengatakan bahwa kapitalisme dan demokrasi mempunyai hubungan mutual. Kejatuhan
kapitalisme lebih merupakan proses alami (“creative destruction”) menuju sosialisme, di
mana kemudian demokrasi lebih berkembang lagi. Ketika Schumpeter menulis buku itu,
kondisi ekonomi-politik di negara komunis, seperti Uni Soviet sedang jelek-jeleknya dan
sungguh jauh dari demokrasi. Tapi Schumpeter mengatakan bahwa kondisi Uni Soviet
tidak boleh dijadikan patokan akan masa depan sosialisme, karena banyak hal yang
dilakukan para czar Rusia di Uni Soviet tidak konsisten dengan prinsip-prinsip sosialisme
dan komunisme. Juga, seperti ramalan Marx, tesis Schumpeter belum terbukti.8 Yang
4 Friedman, “Capitalism and Freedom”, 1965.
5 Konstitusi USSR, asalnya dari Marx (“Communist Manifesto”, 1848).
6 Untuk prinsip-prinsip komunisme dan sosialisme, baca buku-buku Marx. Yang paling populer adalah Das
Kapital (1867). Salah satu bagiannya adalah “theory of surplus value”. Tentang “commodity fetishism”,
lihat Marx, “Economic and Philosophical Manuscript” (1844). Yang lebih sarat ideologi komunis adalah
“Communist Manifesto” (1848) yang ditulis Marx bersama Engels.
7 Joseph Schumpeter, “Capitalism, Socialism, and Democracy”, 1942.
8 Lihat mis. Gabriel Almond, “Capitalism and Democracy” dalam jurnal PS: Political Science and
Democracy, 1991. Almond dengan sengaja meniru judul Schumpeter, tetapi tanpa “socialism”.
terjadi – paling tidak seperti yang diklaim oleh banyak penganut kapitalisme – demokrasi
justru identik dengan kapitalisme.
“Identik” tentu bukan istilah yang memuaskan. Sepintas lalu, kita paham bahwa
kapitalisme tidak sama dengan demokrasi. “Identik” di sini seharusnya bukan tanda sama
dengan, tapi harus dijelaskan hubungan sebab-akibatnya. Robert Dahl menjadikan tema
ini sebagai fokus dalam bukunya, “Democracy and Its Critics” (1989). Manurut Dahl,
kapitalisme adalah syarat perlu (necessary condition) dari demokrasi, sekalipun bukan
syarat cukup (sufficent condition).9 Hal yang sama dikatakan oleh Peter Berger dalam
“Capitalist Revolution” (1986).10
Seperti disebutkan di atas, salah satu ciri utama kapitalisme adalah kebebasan individual.
Oleh Friedman kebebasan ini dijabarkan menjadi “kebebasan ekonomi” dan “kebebasan
politik”. Menurutnya, kebebasan ekonomi adalah syarat mutlak kebebasan politik.
Argumen Friedman ini sejalan dengan pendapat ekonom-ekonom Austria seperti von
Mises, Hayek, dan Simons. Akan tetapi, ia berbeda dengan pendapat ekonom klasik
Jeremy Bentham. Menurut Bentham, kausalitasnya justru sebaliknya: kebebasan politik
adalah syarat menuju kebebasan ekonomi. Menurut Friedman dan mazhab Austria, jika
kausalitas itu berjalan a la Bentham, produknya adalah kolektivisme. Ketika kebebasan
politik tercapai, pemerintah berusaha “mengatur” sistem ekonomi agar dapat mencapai
kebebasan ekonomi. Namun, menurut mereka, ini adalah kontradiksi, karena ia akan
menjurus kepada pemusatan kekuatan, secara sadar ataupun tidak. Akhirnya, yang terjadi
adalah ekploitasi, dan lantas menuju, apa yang disebut Hayek sebagai “road to serfdom”:
jalan (kembali) ke penindasan.11 Untuk mendukung argumennya, Friedman menyebutkan
contoh di mana sistem ekonomi kapitalis berkembang dalam sistem pemerintahan yang
non-demoratis: fasis Italia, Spanyol, Jerman, Jepang, dan Rusia sebelum PD II. Lebih
tegas lagi, Friedman mengatakan, hanya ada dua pilihan dalam mengorganisir aktivitas
ekonomi: sistem totaliter yang koersif atau sistem pasar yang sukarela. Yang terakhir ini
dicirikan oleh “private enterprises” dan “strictly voluntary exchanges”.12
“Sayang”-nya, banyak ekonom yang menyalahartikan kalimat Friedman di atas.
Beberapa ekonom pasar radikal kanan bahkan mengharamkan sama sekali peran negara
dalam perekonomian.13 Padalah, Friedman telah menyatakan bahwa eksistensi pasar
bebas bukan berarti peran pemerintah sama sekali ditiadakan. Pemerintah tetap
dibutuhkan, namun dalam wilayah yang sangat dibatasi. Menurut Friedman, pemerintah
diperlukan untuk menetapkan “rules of the game” dan untuk menjamin pelaksanaan
aturan-aturan tersebut. Pasar yang efisien dengan sendirinya akan mengurangi peranperan
pemerintah yang tidak perlu.
9 Paralelnya, menurut Dahl, sistem perencanaan terpusat adalah “syarat perlu” rejim otoriter, tapi bukan
“syarat cukup”-nya.
10 Berger mengatakan, dalam sistem kapitalis, jika kontrol dari negara terhadap perekonomian besar,
demokrasi tidak akan berhasil. Sebaliknya, dalam sistem sosialis, jika pasar dibiarkan bebas, demokrasi
akan tumbuh. Lihat diskusi di Almond, op cit.
11 Friedrich A. Hayek, “The Road to Serfdom”, 1944.
12 Friedman, op cit.
13 Kelompok ini salah satunya dikenal sebagai “anarcho-liberal”. Salah satu tokohnya (atau sumber yang
suka mereka pakai) adalah David Friedman, anak Milton Friedman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar