hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Kamis, 31 Maret 2011

MEMAHAMI ISLAM SEBAGAI SEBUAH GERAKAN IDEOLOGIS YANG MENCERAHKAN DAN MEMBEBASKAN

Book Review Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär
9
ketidakadilan, status-quo, kebobrokan, dan peristiwa apapun yang muncul di tengah-tengah masyarakatnya. Padahal disinilah tugas dan bidang garap ideologi. Ketikaideologi sudah dicampakkan dari kesatuan utuh paradigma berfikir masyarakat, makanilai-nilai dasar yang memotivasi seluruh aktivitas mereka menjadi pragmatis.Mereka akan kekurangan
sense of humanity,
kemanusiaan sudah tergadaikan olehegoisme individualistik dan tujuan-tujuan jangka pendek. Dengan demikiansesungguhnya yang dibutuhkan Islam adalah ilmuwan-ilmuwan yang ideolog, bukanilmuwan pragmatis. Ilmuwan yang bergerak dalam dua aras; antara idealita danrealita, antara individu dan sosial, antara vertikal dan horizontal, antaraprofesionalisme dan humanisme, antara misi kemanusiaan dan misi kenabian, antarakehidupan dunia dan setelahnya. Mereka itu adalah
ulil albab
,
rausyanfikr
yang menyimpan energi untuk menggerakkan peradaban.C. MENJADI
RAUSYANFIKR
!Rausyanfikr
4
adalah, seorang pemikir tercerahkan yang mengikuti ideologiyang dipilihnya secara sadar. Ideologi akan membimbingnya kepada pewujudantujuan ideologi tersebut, ia akan memimpin gerakan progresif dalam sejarah danmenyadarkan ummat terhadap kenyataan kehidupan. Ia akan memprakarsai gerakanrevolusioner untuk merombak stagnasi. Sebagaimana rasul-rasul selalu munculuntuk mengubah sejarah dan menciptakan sejarah baru. Memulai gerakan danmenciptakan revolusi sistemik.
Rausyanfikr
adalah model manusia yang diidealkan oleh Ali Syari'ati untuk memimpin masyarakat menuju revolusi. Menurut Eko (2004), Ia mengandung pengertian yang lebih detail sebagai:
Orang yang sadar akan keadaan manusia
(human condition)
di masanya, serta
setting
kesejarahannya dan kemasyarakatannya…yang menerima rasa tanggung jawab sosial. Iatidak harus berasal dari kalangan terpelajar maupun intelektual. Mereka adalah para pelopordalam revolusi dan gerakan ilmiah. Dalam zaman modern maupun berkembang,
rausyanfikr
mampu menumbuhkan rasa tangung jawab dan kesadaran untuk memberi arahan
4

Rausyanfikr
adalah bahasa Persia yang artinya “Pemikir yang tercerahkan.” Dalam terjemahan Inggristerkadang disebut
intelectual
atau
free thinkers
. Rausyanfikr berbeda dengan ilmuwan. Seorang ilmuwanmenemukan kenyataan, seorang rausyanfikr menemukan kebenaran. Ilmuwan hanya menampilkan faktasebagaiman adanya, Rausyanfikr memberikan penilaian seharusnya. Ilmuwan berbicara dengan bahasa universal,Rausahnfikr seperti para Nabi – berbicara dengan bahasa kaumnya. Ilmuwan bersikap netral dalammenjalankan pekerjaannya, Rausyanfikr harus melibatkan diri pada ideologi. Lihat Jalaluddin Rahmat, “AliSyaria’ti ; panggilan untuk Ulil Albab” Pengantar dalam, Ali Shari’ati.
Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam
, Syafiq Bashri dan Haidar Baqir (penrj), Mizan, Bandung, 1994, hal 14 – 15.

Book Review Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär
10
intelektual dan sosial kepada massa/ rakyat.
Rausyanfikr
dicontohi oleh pendiri agama-agama besar (para Nabi), yaitu pemimpin yang mendorong terwujudnya pembenahan-pembenahan stuktural yang mendasar di masa lampau. Mereka sering muncul dari kalanganrakyat jelata yang mempunyai kecakapan berkomunikasi dengan rakyat untuk menciptakansemboyan-semboyan baru, memproyeksikan pandangan baru, memulai gerakan baru, danmelahirkan energi baru ke dalam jantung kesadaran masyarakat. Gerakan mereka adalahgerakan revolusioner mendobrak, tetapi konstruktif. Dari masyarakat beku menjadiprogresif, dan memiliki pandangan untuk menentukan nasibnya sendiri. Seperti halnya paranabi,
rausyanfikr
tidak termasuk golongan ilmuwan dan bukan bagian dari rakyat jelata yang tidak berkesadaran dan mandek. Mereka individu yang mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk menghasilkan lompatan besar.
Manusia
rausyanfikr
memiliki karakteristik memahami situasi, merasakandesakan untuk memberi tujuan yang tepat dalam menyebarkan gaya hidup moralitasdan monastis, anti status quo, konsumenistik, hedonistik dan segala kebuntuanfilosofis menuju masyarakat yang mampu memaknai hidup, konteks, dan realitasmasyarakat. Seperti apa yang dikatakan Syariati (2001) sebenarnya mewakili aksi-aksiintelektualnya, bahwa orang tercerahkan akan memanfaatkan potensi yang ada untuk perubahan:
Setelah jelas semua ini, tanggung jawab paling besar orang-orang yang tercerahkan adalahmenentukan sebab-sebab yang sesungguhnya dari keterbelakangan masyarakatnya danmenemukan penyebab sebenarnya dari kemandekan dan kebobrokan rakyat dalamlingkungannya. Lebih-lebih ia harus mendidik masyarakatnya yang bodoh dan masihtertidur, mengenai alasan–alasan dasar bagi nasib sosio-historis yang tragis. Lalu, denganberpijak pada sumber-sumber, tanggung jawab, kebutuhan-kebutuhan dan penderitaanmasyarakatnya, ia dituntut menentukan pemecahan-pemecahan rasional yang memungkinkan pemanfaatan yang tepat atas sumber-sumber daya terpendam di dalammasyarakatnya dan diagnosis yang tepat pula atas penderitaan masyarakat itu, orang yang tercerahkan akan berusaha untuk menemukan hubungan sebab akibat sesungguhnya antarakesengsaraan, penyakit sosial, dan kelainan-kelainan serta berbagai faktor internal daneksternal. Akhirnya, orang yang tercerahkan harus mengalihkan pemahaman diluarkelompok teman-temannya yang terbatas ini kepada masyarakat secara keseluruhan.
Rausyanfikr
merupakan kunci bagi perubahan, oleh karenanya sulit diharapanterciptanya perubahan tanpa peranan mereka. Merekalah pembangun jalinan yang meninggalkan isolasi menara gading dan turun dalam masyarakat. Mereka adalahkatalis yang meradikalisasi massa yang tidur panjang menuju gerakan melawanpenindas. Hanya ketika dikatalisasi oleh
rausyanfikr
masyarakat dapat mencapailompatan kreatif yang besar menuju peradaban baru. Pemikir tercerahkan adalahaktivis yang meyakini sungguh-sungguh dalam ideologi mereka dan menginginkan
syahid
demi perjuangan tersebut. Misi yang dilancarkan mereka adalah untuk memandu “massa yang tertidur dan bebal” dengan mengidentifikasi masalah riil

Book Review Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär
11
berupa kemunduran masyarakat, dan Islam—agama keadilan—sebagai solusirasional untuk menguliti masalah yang mencuat dalam masyarakat. Syari’ati (2001) bertutur:
Manusia ideal memiliki tiga aspek: kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Dengan perkataanlain: pengetahuan, akhlaq, dan seni. Menurut fithrahnya dia adalah khalifah Allah. Diaadalah kehendak yang komit dengan tiga macam dimensi: kesadaran, kemerdekaan, dankreativitas.
Jika boleh divisualkan, Ali Syari’ati seolah berorasi kepada seluruh intelektualMuslim di manapun,” Wahai
ulil albab, rausyanfikr
, kalian jangan berhenti di atasmenara gading. Turunlah ke bawah, ke kampung-kampung, ke kota-kota, ke pasar-pasar, ke sekolah-sekolah, ke tempat dimana ada sekumpulan manusia. Jangan puasdengan ilmu yang telah kalian dapatkan. Sebab ilmu itu harus kalian abdikan ketengah masyarakatmu. Tumbuhkan kesadaran dan semangat umat untuk merubahdunia dengan bimbingan ilmu. Jangan anjurkan mereka meniru-niru Barat ataumenjiplak Timur. Sebab Barat dan Timur bukanlah kutub yang harus dipilih,keduanya sama-sama tumbuh dari jantung tradisi. Hidupkan Islam, sebab Islambukan tradisi, bukan Barat, bukan pula Timur. Islam adalah wahyu. Pelajarikeyakinan dasar dan proses yang membentuk kesadaran masyarakatmu, kemudiankebudayaan mereka, dan karakteristik mereka. Tugas kalian adalah merobohkansistem masyarakat yang berdasar atas penindasan, ketidakadilan, dan kezalimandengan membentuk umat yang terbangun atas dasar tauhid. Inilah tugas para rasul,kini kalian penerusnya!”
Wallahual’lam bishawwab.
Referensi lanjut:Rahnema, Ali (ed),
Para Perintis Zaman Baru Islam,
Mizan, Bandung, 1995.“Kumpulan tulisan tentang riwayat beberapa tokoh Muslim perubah dunia danpemberi kontribusi besar dalam dinamika kebangunan ummat Islam.”Ridwan, M. Deden, (ed),
Melawan Hegemoni Barat; Ali Syariati Dalam Sorotan Cendekiawan Indonesia
, Penerbit Lentera, Jakarta, 1999.

Book Review Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär
12
“Kumpulan tulisan beberapa penulis Muslim Indonesia yang menyoroti sosok AliSyari'ati dalam berbagai sudut pandang keagamaan, sosial, politik, dan kultural.”Supriyadi, Eko,
Sosialisme Islam; Pemikiran Ali Syariati,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta,Desember 2003.Analisis seputar karakteristik revolusioner Islam dalam pandangan Ali Syariati,kritik-kritiknya terhadap Marxisme, berikut analisis mengenai titik singgung dan titik seberang antara Islam dan Sosialisme-Marxisme.Syari'ati, Ali,
Tugas Cendekiawan Muslim
, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001.“Pandangan Ali Syari'ati yang membahas tentang perspektif Islam dalammemandang manusia, pandangan dunia seorang Muslim tentang
tawhid
dan perannyadalam masyarakat, berikut analisis sosiologis masyarakat Islam.”_________,
On Socioligy of Islam,
Mizan Press, Berkeley, 1979.“Pandangan Ali Syari'ati tentang perspektif sosiologis Islam dan konsepsinya tentang masyarakat dalam kacamata Islam.”
_________, Paradigma Kaum Tertindas, Sebuah Kajian Sosiologi Islam,
Al-Huda, Jakarta, 2001.

Pandangan hidup
tawhid
, dialektika sejarah dalam perspektif Al-Qur'an, sertaanalisis tentang karakteristik Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan.”
_________, Humanisme Antara Islam dan Mahzab Barat,
Pustaka Hidayah, Bandung, 1996.

Pandangan Ali Syari'ati tentang konsep humanisme sekuler, kritik terhadaphumanisme, eksistensialisme, modernisme, dan Marxisme, serta tarik menarik antaraMarxisme dengan agama, khususnya Islam. Di sini Ali Syari’ati secara tegasmenyatakan perbedaannya antara mahzab Islam dan mahzab Barat.”_________,
Haji,
Penerbit Pustaka, Bandung, 1997.“Penjelasan naratif tentang pelaksanaan ibadah hajji dalam analisis mistis-filosofis-politis dalam setiap tahapan hajji.”
_________, Islam Mahzab Pemikiran dan Aksi,
Mizan, Bandung, 1992.

Mahzab pemikiran ideologi Ali Syari'ati, sejarah dua mahzab Islam dan filsafat doadalam pandangan Ali Syari'ati.”_________,
Membangun Masa Depan Islam
, Mizan, Bandung, 1986.“Kumpulan teks ceramah Ali Syari'ati tentang langkah-langkah yang ditempuh umatIslam dalam upaya reinterpretasi Islam, dilengkapi dengan naskah rencana praktis
Husyainiyah Irsyad,
sebagai tungku yang menampung pemikiran-pemikiranrevolusioner Ali Syari'ati.”_________,
Panji Syahadah: Tafsir Baru Islam Sebuah Pandangan Sosiologis
, Shalahuddin Press,Yogyakarta, 1986.“Makna syahadah dalam tradisi Islam, karakterisik Islam sejati, dan gambaran wajahNabi Muhammad.”

Book Review Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär
13
_________,
Reflections of Humanity: Two Views of Civilization and the Plight of Man,
FreeIslamic Literatures, Houston, 1980.“Pandangan Ali Syari'ati tentang humanisme dan nestapa manusia di tengah pusaranperadaban dan ideologi dunia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar