hmi komisariat kelautan

hmi komisariat kelautan

Jumat, 25 Maret 2011

HMI di Usia Yang Tidak Lagi Muda

oleh Mahardika Guzana A.*

Lafran Pane merupakan tokoh pendiri Himpunan Mahasiswa Islam yang mendeklarasikan Tanggal 5 Februari 1947 di Jogjakarta sebagai hari dan tempat lahirnya organisasi ini, yakni 2 tahun setelah Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Pada tanggal 5 Februari 2009 Himpunan Mahasiswa Islam genap berusia 62 tahun, bukanlah usia yang muda bagi sebuah organisasi kemahasiswaan. Jika manusia, diusia ini sudah makan asam garam kehidupan dan mulai meninggalkan masa produktifnya serta digerogoti penuaan. Bagaimana dengan HMI sendiri, akankah hal serupa akan dialami oleh organisasi ini? Memasuki usia yang kian senja dengan sisa kekuatan dan kader-kader yang ada HMI mencoba bertahan ditengah – tengah geliat problematika ke-Bangsaan dan ke-Indonesiaan yang semakin rumit dan berliku. Sepeninggalan para pelopor serta tokoh-tokohnya, HMI mencoba menelurkan kader-kader yang militan di masa krisis saat ini.
Jika beberapa bulan lalu di tahun 2008, Himpunan Mahasiswa Islam telah memilih pemimpin baru di ajang Kongres yang berlangsung di Palembang serta mempersatukan perbedaan pemahaman – pemahaman antara HMI DIPO dan HMI MPO, akankah terjadi sebuah perubahan signifikan ditubuh HMI sendiri di tahun-tahun kepemimpinan yang akan datang? Melihat kondisi serta kultur mahasiswa yang kian apatis dengan organisasi dan kondisi kebangsaan saat ini menjadi hal yang cukup berat untuk memprediksinya. Antusiasme mahasiswa untuk bersuara lantang bergerak mendobrak sebuah sistem demi kepentingan rakyat seiring luntur dengan perkembangan zaman yang makin modern. Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi yang seharusnya merapat ditengah barisan masyarakat tertindas kini mulai lupa akan alurnya dan berpindah ke jalur yang lain.
Sikap – sikap kader yang mulai mempraktikkan politik praktis untuk mencari sebuah perubahan nasib hidup tanpa disadari sedikit demi sedikit mulai berimbas pada kondisi organisasi ini. Arogansi – arogansi kepemimpinan yang diterapkan menjadi boomerang bagi para pelaku organisasi itu sendiri, dan pada akhirnya membawa nasib buruk bagi keberlanjutan Himpunan Mahasiswa Islam yang telah dikenal di seantero nusantara. Memasuki tahun – tahun senjanya, HMI masih memiliki bergaining position dimata organsasi external lain maupun internal. Hal inilah yang seharusnya menjadi cambuk pembakar semangat para kadernya dan menjadikan hal tersebut sebagai modal dasar dalam melanjutkan proses regenerasi di HMI yang dikenal dengan nama kaderisasi.
Sudah saatnya HMI bangkit dan kembali mengingat keberadaanya merupakan sebuah anugerah yang harus disyukuri dan merupakan sebuah perwujudan kader umat dan kader bangsa yang dapat membawa perubahan kearah kondisi bangsa yang lebih baik guna mewujudkan umat yang adil dan makmur serta diridhoi Allah SWT seperti tertuang dalam tujuan HMI itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar